David Livingstone (1813-1873)
From the September, 1896, Century Magazine
Sepanjang hidupnya David Livingstone berupaya mendamaikan pengetahuan ilmiah dengan kekristenan. Sebagai seorang pemuda berusia belasan tahun, ia menolak membaca buku-buku Kristen yang diberikan ayahnya, dan lebih menyukai karya tentang ilmu pengetahuan dan perjalanan. Buku yang akhirnya membawa pertobatan baginya ialah buku yang mencoba menggabungkan iman dengan ilmu pengetahuan.
Pada tahun berikutnya, Livingstone membaca lembaran yang mengajak para dokter misionaris ke China. Ia tahu apa yang harus dilakukannya. Ia mendaftarkan diri di sebuah Sekolah Kedokteran di Glasgow dan akhirnya melamar ke London Missionary Society (LMS). Karena surat referensi teologisnya kurang, maka pada awalnya LMS tidak menerimanya secara penuh. Sampai waktu ia diterima, perang candu pun telah pecah di China, dan rasanya kurang bijaksana mengirim misionaris ke sana.
Meskipun hal itu tampaknya sungguh buruk sekali pada waktu itu, perubahan keadaan ini telah menentukan nasib Livingstone, ia mengubah masa depannya dengan pergi ke benua Afrika. Tidak lama kemudian Livingstone bertemu dengan Robert Moffat, yang pernah memelopori tugas misioner di Afrika Selatan. Livingstone memutuskan pergi ke benua itu dan bergabung dengan tim Moffat pada tahun 1841.
Pangkalan misi tersebut letaknya 600 mil di pedalaman, dan Livingstone mulai gelisah. Ada begitu banyak daerah di benua itu yang harus dicapai; ia tidak gembira sebagai seorang misionaris meths saja di sebuah kelompok kecil yang statis. Ia ingin menjelajah. Ia bergabung dengan misionaris lain untuk mendirikan pangkalan Baru, dan kemudian melanjutkan perjalanan jauhnya ke pedalaman.
Pelayanan ini luar biasa sulitnya. Living-stone bekerja keras selama sepuluh tahun di antara orang-orang Tswana dan hanya satu orang yang bertobat. Pada suatu ketika, ia diserang seekor singa dan ia terluka parah. Putri Moffat, Mary, merawat Livingstone hingga kesehatannya pulih. Pada tahun 1845 Livingstone menikahinya. Secara keseluruhan, pernikahan itu tidak langgeng. Mary menemukan sifat petualangan David yang tak kunjung padam.
Livingstone membuang kebijakan misi "konservatif' LMS. Polanya ialah: pergi ke satu daerah, memenangkan jiwa-jiwa, membangun gereja di sana, dan mengolahnya, serta melanjutkan perjalanan hanya apabila gereja tersebut telah berjalan dengan baik. Proses itu sangat lamban. Livingstone melihat bahwa keadaan di Afrika sangat buruk untuk penginjilan. Ketidaktahuan kebudayaan Afrika, ditambah dengan pengalaman pahit orang-orang Afrika dengan para pedagang budak kulit putih dapat menimbulkan perlawanan kuat. Mengapa tidak menyusup ke dalam dengan cara positif, membantu orangorang Afrika mengembangkan usaha mereka sendiri dan belajar tentang cara-cara mereka? Cara ini tidak akan membangun gereja dalam waktu singkat, tetapi akan mewujudkan kondisi yang akan sangat menolong penginjilan pada generasi yang akan datang.
Pada akhir tahun 1852, keluarganya dengan selamat dikirim ke Inggris. Livingstone berangkat dalam suatu ekspedisi cross-country. Ia menemukan Sungai Zambezi. Sungai itu tentunya mengalir dari sumber tertentu. Mungkin ia dapat menemukan rute sungai di pedalaman yang melintasi benua itu dari Samudra Hindia hingga ke Atlantik. Hal ini akan membuka kesempatan berdagang bagi orang-orang setempat dan proses ini pun akan menjadi pukulan bagi para pedagang budak.
Perjalanan ke barat sungguh menyulitkan, penuh penyakit, gersang dan serangan binatang liar serta suku-suku yang tidak ramah. Akhirnya, ia tiba di Atlantik pada tahun 1854 dan dari sana, ia sebenarnya dapat saja berlayar ke Inggris. Tetapi banyak lagi yang harus dijelajahinya. Dapatkah Zambezi diikuti sampai ke Samudra Hindia? Ia memberanikan diri menempuh arah timur, dan sampai di pantainya pada tahun 1856.
Dari sana ia berlayar ke Inggris dan tiba untuk menerima sambutan kepahlawanan. Penjelajahan daerah-daerah yang belum dijangkau mendapat sambutan hebat pada zaman itu. Seorang penjelajah seperti Livingstone dieluelukan seperti kita menghormati astronot pertama yang mendarat di Mars. Livingstone bekerja keras bukan saja untuk menghasilkan geografi baru, tetapi juga berbuat banyak hal mulia seperti tugas-tugas penginjilan, perdagangan dan penghapusan perbudakan. Laporan perjalanannya, Missionary Travels (Perjalanan Penginjilan) yang ditulis pada tahun 1857, menjadi best-seller.
Pada tahun berikutnya, Livingstone kembali ke Afrika, namun, tidak dengan London Missionary Society. Meskipun ia mengaku bahwa ia masih merupakan seorang misionaris, ia pergi sebagai agen pemerintah Inggris. Namun ekspedisi ini membawa petaka. Tampaknya jeram Sungai Zambezi itu tidak dapat diarungi kapal. Rute-rute alternatif tidak ditemukan. Harapan untuk pelayaran melalui daerah pedalaman melintasi Afrika telah sirna. Sementara itu keadaan Mary Livingstone sungguh memalukan. Ketenaran David dan perasaannya yang tidak aman telah membuat Mary menjadi seorang pemabuk. Ketika David pergi ke Afrika meninggalkannya, dia tidak mendapat perlakuan baik. Karena kecemasannya, seperti orang mengamuk ia berlayar untuk menemuinya, namun meninggal dunia tidak lama setelah pertemuan mereka.
Oleh karena ekspedisinya ditarik kembali, Livingstone kembali ke Inggris pada tahun 1864. Kali ini ia hanya menjadi berita yang gagal, berita basi yang hanya diberikan penghormatan sopan ibarat pada sebuah relikwi. Ia berangkat atas kemauan sendiri, untuk terakhir kalinya, ke benua tercintanya. Kali ini ia mencari sumber Sungai Nil. Dalam proses itu ia menemukan beberapa danau di pedalaman.
Tahun berganti tahun berlalu tanpa berita apa pun darinya. Beberapa ekspedisi berangkat untuk mencarinya. Yang paling terkenal dari semuanya itu adalah ekspedisi yang melibatkan Henry M. Stanley, wartawan Herald New York, pada tahun 1871. Akhirnya mereka menemukan Livingstone di Ujiji, di danau Tanganyika. Ia mengucapkan kalimat yang bermakna besar itu, "Dr. Livingstone, saya kira." Namun ia tak dapat meyakinkannya untuk pulang (Stanley sendiri kemudian menjadi misionaris di Afrika).
Livingstone wafat pada tahun 1873. Ia ditemukan berlutut di sebuah gubuk primitif. Hatinya dikubur di negara angkatnya, dan jasadnya dikembalikan ke Inggris. Di sana misionaris besar ini mendapat penghormatan dengan dikebumikan di Westminster Abbey.
Seperti banyak penggerak utama dalam sejarah kekristenan, David Livingstone adalah seorang yang berpandangan independen. Ia menantang ide-ide misi yang ada pada masanya, yang selalu mendorong ke luar. Ia mempunyai visi bagi kesejahteraan ekonomis-spiritual terpadu untuk orang-orang Afrika, namun tampaknya ia menolak mentalitas kolonial orang-orang sezamannya. Faktanya ialah bahwa karya Livingstone mewujudkan syarat-syarat bagi pertumbuhan kekristenan. Satu abad setelah kematiannya, gereja Afrika meluas dengan pesat.
Sumber : http://www.sarapanpagi.org/100-peristiwa-penting-dalam-sejarah-kristen-vt1555-80.html
No comments:
Post a Comment