George Fox pendiri Quaker
Abad ketujuh belas adalah masa perubahan agama dan kebebasan yang sedikit demi sedikit meningkat. Dalam satu gereja "universal", bertumbuh banyak aliran. Reformasi telah mengajarkan bahwa hanya Alkitab yang mendasari iman. Namun pertanyaannya, interpretasi apa yang harus diterima orang Kristen? Perbedaan pun merebak – semuanya atas nama Kitab Suci.
Kaum Puritan menentang Gereja Inggris yang tidak sepaham dengan mereka tentang Kitab Suci. Tetapi, meskipun mereka tidak menyukai sistem imamat Anglikan, mereka tidak memutuskan hubungan sama sekali dengan kaum rohaniwan.
George Fox, yang mendirikan Society of Friends – atau Quakers – melakukan hal itu.
Seperti yang lainnya, George Fox tidak me-rasa nyaman dengan agama-agama formal pada zamannya. Juga kelompok-kelompok pembangkang seperti Presbiterian dan Independen, bagi Fox, mempunyai amat banyak formalitas. Ia percaya bahwa mereka menyerah pada berbagai tekanan pemerintah. Gereja telah menjadi pelayan umum dan telah menjauhkan diri dari Allah.
Dalam usahanya mencari kedamaian spiritual, Fox mengunjungi banyak penasihat, tetapi tak ada seorang pun yang dapat membantunya. Pada suatu hari, tahun 1647, ada suara yang mengatakan, "Ada satu, yaitu Yesus Kristus, yang dapat berbicara tentang kondisimu." Hal itu membawa perubahan pada Fox, yang sejak itu mendedikasikan dirinya untuk mengikuti terang yang ada pada dirinya (Inner Light) yang telah diberikan Allah – dan pada setiap orang yang menerima-Nya. Semua orang Kristen – semua sahabat Yesus – mempunyai akses langsung kepada Allah. Fox mengajarkan bahwa dengan mengikuti terang yang telah dianugerahkan Allah, siapa pun dapat melumpuhkan kekuatan setan dan cengkeraman dosa.
Ajaran-ajaran Fox yang sederhana tetapi juga keras menarik banyak peminat. Para sahabat (Friends), sebutan bagi mereka, meninggalkan tradisi bersumpah, berpakaian sederhana, makan hati-hati dan bicara dengan jujur. Mereka menentang keterlibatan dalam peperangan. Meskipun ditentang pemerintah, mereka memprotes segala formalitas kebaktian, mereka menolak mengangkat topi bagi siapa pun, mereka tidak membayar persepuluhan (merupakan pajak penghasilan, di Inggris) pada gereja negara.
Banyak Society of Friends bermunculan di Inggris, selama George Fox yang berani itu berkhotbah. Di rumah-rumah tempat mereka mengadakan berbagai pertemuan, para aristokrat dan orang biasa bersama-sama mengikuti kebaktian. Tidak ada rohaniwan yang istimewa. Pria dan wanita dapat berbicara karena mereka merasa bahwa mereka dituntun Rob.
Dalam sebuah kelompok yang bergantung pada dorongan Roh secara pribadi, terdapat juga penyimpangan – dan ini membuat banyak orang yang sebenarnya toleran berhalik menentang Friends. Penekanan Friends pada kebebasan juga mengundang oposisi pemerintah.
Fox dipenjarakan karena ajarannya. Ketika ia berhadapan dengan seorang hakim yang mencela kepercayaan kelompoknya, Fox memperingatkannya untuk "gentar pada firman Allah".
"Kalianlah para pembuat gentar, quakers," jawab hakim tersebut. Nama itu menjadi abadi.
Di bawah pemerintahan Oliver Cromwell, toleransi menjadi peraturan umum bagi berbagai aliran yang berbeda, yang menyusun bala tentara dan kesatuan politiknya. Meskipun Cromwell kagum pada kejujuran dan integritas para Quaker, ia tidak memperluas toleransi terhadap mereka. Meskipun penganiayaan sudah berkurang dibanding pada masa pemerintahan raja-raja, iman yang mencari kebebasan individual seperti itu tidak dapat diterima oleh seorang pemimpin sekaliber Cromwell.
Meskipun menghadapi penganiayaan, Quaker bertumbuh, karena banyak yang merasakan sentuhan iman yang menekankan bahwa setiap individu harus mengalami Kristus di dalam dirinya.
Sumber :http://www.sarapanpagi.org/100-peristiwa-penting-dalam-sejarah-kristen-vt1555-60.html
No comments:
Post a Comment