Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Thursday, June 30, 2011
082) Tahun 1854 Soren Kierkegaard Menerbitkan Serangan terhadap Kekristenan
Patung Soren Kierkegaard (1813-1855) di Copenhagen, Denmark
Teologi abad kedua puluh mungkin berbeda sekali jika bukan karena seorang wanita muda bernama Regina Olsen. Dia adalah calon mempelai seorang Denmark yang cerdas, Soren Kierkegaard. Pertunangan dan putusnya mereka membuat Soren tergila-gila dengan penulisan falsafah. Karya-karya yang dihasilkannya telah membuat banyak perubahan dalam bentuk pemikiran modern.
Kierkegaard lahir dalam keluarga berada pada tahun 1831. Ayahnya seorang usahawan sukses, dan telah pensiun lebih awal. Sekarang ia gemar mengundang para profesor untuk makan malam dan bertukar pikiran. Soren, yang termuda, adalah "sang Yusuf' di keluarganya. Ayahnya sangat menyenanginya serta mengagumi ketangkasan berpikirnya.
Pada usia tujuh belas, Soren dikirim ke Universitas Kopenhagen. Ayahnya ingin ia menjadi pendeta, tetapi Soren menolaknya. Ini adalah salah satu sebab pertengkarannya dengan sang ayah yang melanjutkan pembiayaan pendidikan Soren dan gaya hidupnya yang boros. Kierkegaard muda menjadi semacam mahasiswa abadi. Ia mencoba memperbaiki hubungan dengan ayahnya, tidak berapa lama sebelum Kierkegaard tua meninggal. Setelah itu Soren melanjutkan pendidikan teologi, meskipun ia tidak pernah ditahbiskan.
Kemudian Regina Olsen menarik perhatiannya. Ia baru berumur belasan tahun, namun Soren memutuskan untuk mendapatkannya. Masalahnya Regina sedang mengincar orang lain. Soren mulai memikat Regina dan keluarganya secara ofensif, yang menyebabkan Regina putus dengan pacarnya, dan akhirnya meminta Regina jadi pasangan hidupnya.
Namun, sekarang Soren tidak menginginkannya lagi. Atau ia memandang dirinya tak berharga bagi Regina. Tampaknya ia mempunyai rahasia yang dalam dan gelap yang menyebabkan ia tidak dapat menikmati keintimannya dengan Regina. Apa yang harus dilakukannya? Jika ia putuskan pertunangannya, hal itu akan mempermalukan Regina. Itu kurang adil. Tetapi jika Regina memutuskannya, adalah lebih baik. Maka Soren berupaya agar Regina terdorong untuk memutuskannya. Ia menjadi pemarah dan tidak ramah. Regina bertahan cukup lama, namun akhirnya ia tidak dapat bertahan lagi.
Seluruh episode ini menjadi beban berat dalam hati Kierkegaard yang memang sudah suram. Ia merupakan penjahat dan korban dari kejahatannya sendiri. Ia mulai menggores serangkaian tulisan filsafat, mempertanyakan anggapan pada masanya. Semuanya diterbitkan dengan nama samaran. Kemudian ia menerbitkan buku dengan namanya sendiri, yang merupakan jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Salah satu dari yang pertama – Either/Or – dipuji oleh The Corsair, sebuah jurnal sindiran yang jarang memuji apa pun. Kierkegaard merasa malu dengan sindiran itu dan meminta jurnal itu menariknya. The Corsair hanya mengejek dia dan terus mempermalukan Kierkegaard di muka umum.
Hal ini tambah mengasingkan filsuf yang sudah kesepian itu. Kegagalan dengan Regina Olsen telah menodai namanya di masyarakat, dan sekarang The Corsair menjelekkannya di muka umum.
Namun, ia melanjutkan tulisannya dengan mengalihkan perhatiannya ke tema-tema keagamaan. Bagaimana seseorang dapat menjadi Kristen sejati dalam dunia yang telah terpuruk ini? Jawabannya tidak menunjukkan harapan. Ia tidak menaruh harapan pada sistem-sistem ataupun lembaga-lembaga pada zamannya. Hanya mujizat Tuhan yang dapat menyelamatkan kita, tegasnya.
Ia belum berupaya menyerang gereja yang teroganisasi, namun dalam benaknya ia sudah mengarah ke sana. Gereja Denmark pada waktu itu cukup mewah dan teratur, serta merupakan pemelihara upacara dan teologi Lutheran yang baik. Namun, Kierkegaard tidak melihat kehidupan di dalamnya. Mungkin karena takut ke mana tulisannya akan mengarah, Kierkegaard berhenti menulis pada tahun 1850.
Kematian temannya J. P. Mynster, uskup Zealand, menggerakkan dia kembali menulis. Mynster, dengan caranya sendiri, telah berupaya mendorong Gereja Denmark dengan hasil yang terbatas. Kierkegaard mengambil kesempatan untuk mengkritik gereja habis-habisan karena mengabaikan ajaran Kristus yang benar,
karena perhatiannya pada bentuk dan sistem filsafatnya, dan karena pemujaan terhadap uang serta kekuasaan. Antara Desember 1854 sampai Mei 1855, ia menerbitkan 21 karangan dalam harian The Fatherland dan kemudian dalam jurnalnya sendiri.
Pada bulan Oktober 1855, Kierkegaard diserang stroke dan meninggal sebulan kemudian.
Tulisan-tulisannya mempengaruhi beberapa pemikir ulung abad kesembilan belas, namun pengaruh terbesarnya belum muncul hingga waktu yang lama di kemudian hari. Kierkegaard telah dielu-elukan sebagai Bapak "Eksistensialisme", yang meraih ketenarannya pada abad kedua puluh. Para ahli filsafat dan teolog mengembangkan pemikirannya dengan berbagai cara, ada yang mungkin membuat Kierkegaard marah dan yang lain mungkin ia setujui.
Kierkegaard berjasa bagi banyak unsur subjektivitas dalam pemikiran teologi modern, tetapi subjektivitas itu datang dari kerendahan hati. Ia berkesimpulan bahwa Allah bukanlah Benda yang secara ilmiah dapat dibedah dan dianalisis. Ia adalah Keberadaan (Being) yang hidup dan bertindak, yang berhadapan dengan kita untuk menyelamatkan kita.
Bukan hanya kita sebagai manusia seperti kepingan-kepingan teka-teki, kita juga adalah keberadaan, seru Kierkegaard, dengan kemauan, harapan dan kesedihan. Kierkegaard memerangi sistem yang abstrak — apakah itu filsafat ataupun keagamaan — yang mencari semacam Kebenaran yang abstrak. la menegaskan bahwa agama harus mengajar bagaimana kita harus hidup.
Pemikir Denmark ini putus asa dengan tidak sanggupnya kita sebagai manusia menghampiri Allah dengan akal. Akal kita hanya membawa kita jauh dan kemudian kita melompat ke dalam kegelapan, dengan keyakinan bahwa Allah akan menemui kita di sana. Lompatan ini membutuhkan komitmen penuh, penolakan terhadap nilai-nilai duniawi dan kadang-kadang terhadap nilai-nilai gereja.
Mengikuti saat-saat Pencerahan, keputusasaan Kierkegaard sungguh mengejutkan bagi orang pada masanya. Namun, pemikiran Kierkegaard mengantisipasi Revolusi Industri yang tidak manusiawi serta kebangkitan dan kejatuhan Modernisme. Orang Denmark yang agung ini telah mendahului satu abad dari zamannya.
Sumber : http://www.sarapanpagi.org/100-peristiwa-penting-dalam-sejarah-kristen-vt1555-80.html
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment