REMBRANDT, The Return of the Prodigal Son, The Hermitage, Leningrad.
Karya seni yang sempurna, Kembalinya Anak Hilang diciptakan oleh seorang yang paham tentang apa artinya menjadi seorang pemboros. Melalui karya seninya, ia menunjukkan betapa dalamnya dunia ini membutuhkan keselamatan. Rembrandt Harmenszoon van Rijn menjadi pelukis Protestan terbesar – seorang yang dalam dirinya, iman dan seni terpadu dengan selaras.
Ia dilahirkan dalam keluarga gereja Reformasi yang amat saleh. Meskipun orangtuanya menginginkan ia menjadi orang terpelajar, jelaslah bahwa ia dianugerahi bakat seni lukis. Mengikuti kebiasaan pada waktu itu, Rembrandt magang pada pelukis yang mapan dan belajar melukis cerita-cerita Alkitab, peristiwa-peristiwa dalam sejarah, serta mitologi Romawi dan Yunani. Namun, seni lukis yang ia kembangkan adalah gayanya sendiri yang agak berbeda. Para pelukis Protestan lain membatasi lukisan religiusnya pada gambar-gambar yang ada di Alkitab, dan para pelukis Katolik menggambarkan para santo; tetapi Rembrandt membuat setiap lukisannya sebagai suatu pernyataan iman. Ketika orang-orang Protestan menyatakan bahwa Alkitab sajalah norma agama bagi manusia, Rembrandt memperlihatkan bahwa Kitab Suci dapat juga menjadi norma bagi seni lukis agamawi.
Pada zaman Rembrandt, orang-orang dalam lukisan-lukisan Alkitab tampak seperti pahlawan luar biasa, hanya sedikit berbeda dari para dewa dan manusia setengah dewa seperti yang digambarkan dalam lukisan-lukisan mitologis. Tidak demikian halnya pada gambaran-gambaran Rembrandt. Ia menunjukkan kemanusiaan sebagaimana adanya: cacat, berdosa dan membutuhkan keselamatan. Lelaki dan perempuan "sesungguhnya" mengisi karyanya, termasuk istri dan anaknya – dan juga orang-orang jalanan. Dengan berpakaian seorang pengemis lesu yang mengenakan sorban, Rembrandt menjadikan dirinya potret raja Israel yang menakjubkan. Seorang Yahudi tua digambarkan sebagai Rasul Paulus.
Rembrandt juga menjadikan dirinya sebagai model. Dalam The Raising of the Cross, yang menggambarkan dosa manusia, ia membantu menyalib kristus. Meskipun ia menciptakan gambar tersebut, pelukis tersebut tak luput dari kebutuhan keselamatan pribadi.
Kepiawaiannya menggunakan chiaroscuro – suatu teknik yang mengkontraskan latar belakang gelap dengan cahaya yang menyoroti figur dalam gambar – adalah ciri khas karya Rembrandt yang terbaik. Pekatnya warna gelap seringkali dengan jelas memperlihatkan cahaya spiritual yang timbul dari dalam modelnya.
Namun, tujuan utama Rembrandt bukanlah untuk menginjili. Ia mencari nafkah dengan melukis dan karyanya terdiri dari baik yang "spiritual" maupun "duniawi". Ada karyanya yang meskipun tidak dimaksudkan menggambarkan suasana keagamaan, namun mengandung perspektif sang pelukis tentang dunia dan kemanusiaan. Ia melihat keindahan pada alam ciptaan Allah – dan ia melihat dengan baik keindahan dan dosa pada wajah-wajah manusia di hadapannya.
Meskipun seni lukisnya menunjukkan ketulusan Kristen, kehidupan pribadi Rembrandt tidaklah tanpa cacat. Ia menikahi Saskia, seorang wanita muda dan kaya, yang meninggal pada tahun 1642. Surat wasiatnya mengatakan bahwa: jika Rembrandt menikah lagi, seluruh kekayaannya akan diwarisi anak mereka, Titus. Terhimpit kesukaran keuangan, sang pelukis tentunya merasa bahwa is tidak dapat mengorbankan uang warisan. Karenanya, ia menjadikan wanita pengurus rumah tangganya Hendrickje sebagai istrinya di luar nikah.
Rembrandt menurunkan pada generasi-generasi berikutnya gambaran unik Protestan ten-tang dunia ciptaan Allah. Calvin pernah menyerukan, "Hanya benda-benda yang sanggup dilihat mats yang harus dilukis." Mata Rembrandt menciptakan gambar yang memberitakan kebenaran. Kembalinya Anak Hilang menunjukkan kemanusiaan Rembrandt, cinta akan uraian mendalam dan persepsi yang tajam akan hati manusia. Ayah pemaaf, anak yang menyesal dan anak sulung, dalam pakaian abad ketujuh belas, semuanya sangat cocok dengan perumpamaan Yesus. Hal ini mengingatkan kita akan keabadian dan ketepatan waktu Kitab Suci.
No comments:
Post a Comment