Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Saturday, July 2, 2011
014) Tahun 387 Pertobatan Agustinus
Aurelius Augustinus, Augustine of Hippo,
atau Saint Augustine (November 13, 354 – August 28, 430)
bersama ibunya Monica
"Tuhan, jadikan aku kudus, tapi jangan sekarang", doa seorang cendekia yang sedang menjajaki agama Kristen dan juga banyak hal lain. Setelah menyerahkan dirinya kepada Allah, ia tidak menghadapi masalah untuk hidup kudus dan menjadi salah seorang penulis paling berpengaruh yang pernah dimiliki Gereja.
Orang yang rumit ini adalah Aurelius Augustinus, yang lebih dikenal sebagai Augustinus. Lahir pada tahun 354, di Tagaste, ibunya bernama Monica adalah seorang Kristen yang saleh. Ayahnya bernama Patricius, seorang kafir, pejabat Romawi.
Mengamati kecerdasan anak mereka, Monica dan Patricius menyekolahkan Augustinus ke sekolah terbaik. Dia belajar ilmu retorika di Kartago dan diimbangi dengan membaca karya para penulis Latin seperti Cicero. Berpegang pada keyakinan atas apa yang dipelajarinya, bahwa kebenaran adalah tujuan kehidupan, mulanya ia menolak kekristenan karena menurutnya itu adalah agama bagi orang-orang bodoh.
Selama masa remajanya, Augustinus memiliki kekasih, seorang wanita yang kemudian memberinya seorang anak. Augustinus tidak suka mengenang masa-masa ia di Kartago. Ia mengomentari hal itu dalam bukunya Confessions (Pengakuan), sebagai berikut, "Aku datang ke Kartago, tempat aku tercebur ke dalam kancah nafsu yang membara." Pemuda yang bergejolak ini pernah mencoba Manichaeisme, yang mengajarkan bahwa dunia ini merupakan ajang pertempuran antara terang dan gelap, daging dan roh. Tapi Manicheisme gagal memuaskan hasratnya akan kebenaran sejati. Begitu pula halnya dengan Neoplatonisme.
Diburu oleh ketidakpuasan jiwanya sendiri, Augustinus berpindah-pindah dari Kartago ke Roma lalu ke Milan untuk mengajar ilmu retorika. Perkenalannya dengan Uskup Ambrosius di Milan menyadarkannya bahwa tidak semua orang Kristen berpikiran bodoh; orang ini cerdas.
Ketika sedang duduk-duduk di sebuah taman di Milan pada tahun 387, ia mendengar nyanyian anak kecil berkata, "Ambil dan bacalah; ambil dan bacalah." Augustinus membaca yang ada di dekatnya: Surat Paulus kepada Jemaat Roma. Saat ia membaca Roma 13:13-14, perkataan Paulus tentang mengenakan Tuhan Yesus sebagai perlengkapan senjata terang dan tidak merawat tubuh untuk memuaskan nafsu, ia percaya. Ia kemudian menuliskan, "Seakan cahaya iman mnemenuhi hatiku dan segala kabut keragu-raguan dilenyapkan."
Walau Augustinus merasa cukup dalam menjalani hidupnya sebagai biarawan, namun, reputasinya sebagai seorang Kristen yang cerdas menyebar. Pada tahun 391 ia didesak untuk ditahbiskan menjadi imam. Ia menjadi uskup di sebuah kota bernama Hippo di Afrika Utara pada tahun 395.
Setiap kontroversi pada masa itu melibatkan Uskup Augustinus. Sekelompok orang yang dikenal sebagai kaum Donatis merasa sangat prihatin dengan para rohaniwan yang tak bermoral. Di bawah tekanan Kaisar Diocletianus, beberapa rohaniwan menyerahkan kitab-kitab kepada pemerintah untuk dibakar. Beberapa dari para "penyerah" — begitulah sebutan untuk mereka — ini diteguhkan kembali sebagai rohaniwan. Kaum Donatis menolak para "pengkhianat" ini dan membuat Gereja tandingan. Ribuan orang Donatis hidup di daerah kekuasaan Augustinus.
Augustinus menolak adanya Gereja tandingan. Meski hanya ada sedikit orang kudus dalam gereja, katanya, Gereja adalah satu. Sakramen, yang oleh Augustinus dikatakan sebagai tanda kelihatan dari rahmat yang tak kelihatan, tidaklah efektif karena kebajikan sang imam, tapi karena anugerah Allah bekerja melalui sakramen-sakramen. Pandangan Augustinus unggul, dan Donatisme punah.
Adalah Pelagius, seorang guru kebangsaan Inggris, yang menyebarkan ajaran sesat bahwa karya pencarian manusia dalam memilih dan mencari Allah sangat penting. Meski rahmat Allah memegang peranan, tapi itu hukanlah semuanya. Pelagius tidak mengatakan bahwa manusia dapat menyelamatkan dirinya sendiri, tapi dia menyangkal bahwa dosa diturunkan dari Adam.
Augustinus membantah bahwa tidak ada yang dapat memilih kebaikan kecuali Allah yang menuntunnya. Bahkan, Allah telah menetapkan pemilihan itu, orang tebusan-Nya, dan tidak ada yang dapat dilakukan manusia untuk mengubah keputusan kekal tersebut. Pada tahun 431, setahun setelah kematian Augustinus, Konsili Efesus secara resmi mengutuk Pelagianisme.
Augustinus tidak hanya menentang ajaran sesat, ia juga menulis perjalanan rohaninya sendiri dalam bukunya Confessions, yang boleh jadi merupakan autobiografi rohani pertama. Kalimat terkenal "Hati kami gelisah sampai beristirahat di dalam-Mu" berasal dari paragraf pembukaannya.
Karena ajaran Augustinus sudah sebegitu mendasar bagi kekristenan, kita tidak menyadari betapa orisinilnya ia pada masanya. Pemikirannya telah meresap sampai pada para teolog Katolik dan Protestan. Luther dan Calvin acapkali menyitirnya; mereka menyukai tekanannya pada rahmat Allah dan ketidakmampuan manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Augustinus telah menulis ratusan risalah, surat dan ulasan. Karya klasiknya On the Trinity (Tentang Trinitas) mungkin merupakan karya terbaik berkenaan dengan hal itu. Namun, karya terpentingnya ialah City of God (Kota Allah), sebuah karya monumental berkenaan dengan jatuhnya Roma ke tangan orang-orang Visigoth. Banyak orang menyalahkan orang-orang Kristen dengan mengatakan bahwa Roma jatuh karena rakyatnya telah mengabaikan para dewa asli mereka. Lalu Augustinus menjawab dengan mempertahankan dan menjelaskan rencana serta karya Allah dalam sejarah. Sejak Kain dan Habel, katanya, telah ada dua kota di dunia: Kota Allah (kaum beriman) dan Kota Manusia (kaum kafir). Meski mereka saling berimpitan, Allah akan memastikan bahwa Kota Allah, Gereja, akan bertahan selamanya.
Meski Augustinus menulis pada akhir zaman kuno, buah pikirannya mendominasi para sarjana pada Abad Pertengahan sampai masa Reformasi.
Sumber : http://www.sarapanpagi.org/100-peristiwa-penting-dalam-sejarah-kristen-vt1555.html#5512
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment